DARI PERTEMUAN YANG TERANCAM BATAL HINGGA EPIDODE MENGEJAR BANG RHOMA DI SENGGIGI, LOMBOK
Dengan
menumpang pesawat GIA 430, kami mendarat di bandara Selaparang , Mataram tepat
pukul 13.30 waktu setempat. Panas yang
menyala menyambut kami begitu keluar dari perut pesawat. Namun, rasa penasaran
terhadap pulau cantik ini membuat semangat tak pernah surut meski peluh
menderas. Karena ini pertama kali menginjakkan kaki di Lombok, dan seperti
biasanya, setiap mengunjungi tempat baru…ada perasaan yang sumringah.
Dari
banyak literature yang saya baca, Lombok adalah keindahan, decak kagum setiap
pengunjung membuat saya ingin sekali membuktikan dan mengeksplorasi tempat ini
sepuas-puasnya. Tapi seperti perjalanan dinas umumnya, saya tidak bisa seenaknya
menentukan akan kemana saya, ada tugas, ada jadwal yang tidak mungkin
dilanggar. Namun, saya bisa tersenyum bahagia, Gili Terawangan adalah pilihan
kunjungan lapangan pada hari terakhir pertemuan. Setidaknya ada kesempatan
menikmati salah satu dari The Three Gilis
yang terkenal itu.
![]() | |
pemandangan dari hotel The Santosa saja sudah bikin adem hati |
![]() | |
Siluet Senja at Pantai Senggigi |
Dari
bandara kami ke restoran Taliwang Irama, menikmati ayam taliwang yang enak dan
pedes…!! Plecing kangkungnya dengan sambal mentah yang segerrr nyummmi. Memang
beda….Kangkungnya lembut, tidak seperti kangkung yang biasa saya makan. Enak pastinya!!
±
30 menit sampailah kami di tempat penginapan,
The Santosa Resort and Village,
Alhamdulillah kesempatan meluruskan punggung dari perjalanan yang cukup melelahkan.
Beruntung sekali, penginapan ini terletak dipanggir pantai Sengigi, setidaknya ada
kesempatan disela-sela waktu rehat…untuk lari ke pantai…
![]() |
The Santosa Resort and Village |
Namun
disela-sela persiapan menyambut peserta pertemuan, ada kabar kurang
menyenangkan. Bandara Selaparang di tutup karena runwaynya rusak. Pesawat
peserta batal mendarat, mereka tidak bisa melanjutkan perjalanan karena pesawat
tidak dimungkinkan mendarat di Mataram, dari daerah barat Indonesia mereka
tertahan di Jakarta, yang dari timur Indonesia tertahan di Surabaya, ada juga
yang tertahan di Denpasar bahkan
Makassar. Oalah…hingga malam, kami belum menemukan kepastian kapan
Bandara dapat di buka kembali. Pertemuan tingkat nasional ini pun terancam
batal. Telepon tidak pernah berhenti krang
kring, menerima keluhan dan complain dari peserta.
Alhamdulillah,
setelah mendapatkan kepastian dari Angkasa Pura bahwa Bandara udah bisa dibuka
pagi (Senin), kami pun bisa bernafas lega, kami sempat resah dengan isu yang
beredar bahwa kemungkinan runway dalam 2 hari tidak bisa digunakan. Ah hoax
seperti itu terkadang membuat naik pitam.
Acara
memang tetap dilaksanakan, tapi yang pasti sudah mundur dari jadwal, pembukaan
yang sekiranya dijadwalkan Senin pagi terpaksa mundur jam 2 siang. Namun jeda
waktu tersebut tak mampu kami pakai untuk rehat dan jalan-jalan. Proses
negotiable dengan pihak hotel masih terus dilakukan, karena dari 40 kamar yang
di booking dari hari pertama hanya 20 yang terpakai,
itupun tidak terisi sempurna (sekamar semestinya 2 peserta, namun yang ada cuma
1 org). Mood yang sudah ‘rusak’ dr awalnya membuat kami kehilangan semangat.
Sunset
yang indah tak bisa kami nikmati, meski pantai Senggigi hanya 100 meter di
belakang hotel, namun cuaca semendung hati kami, mataharipun enggan menampakkan
diri, hanya ada siluet senja, itupun kalo kami beruntung. Dua hari terkurung
dihotel, dengan cuaca yang on off, panas-gerimis-panas-gerimis.
bisa bermain sepuasnya di pantai belakang hotel... |
Hari
ketiga di Lombok, namun belum kemana-mana. Hanya sempat sebentar kabur ke Phoenix
membeli oleh2 dodol dan baju2. Karena terancam gak bakal punya kesempatan
mencari oleh-oleh. Karena Rabu pagi rencana ke Gili Trawangan pulangnya
langsung ke bandara karena pesawat jam 2 siang.
Malamnya
ketemu bang Rhoma di meja resepsionis…yang konon lagi mau syuting film terbaru
di Lombok. Mau ngajak foto bareng ternyata batt kamera lowbat wakkks….wah mesti
memburu Satria Bergitar itu biar gak disangka hoax. Tapi apa daya, tidak
kunjung bisa bertemu lagi. Saya sibuk apalagi bang
rhoma…wakakakakwkakakwkakaka. Yah sudahlah..cukup sudah berpandang2an dengan
bang haji, kalo dipinta jadi istri kan bahaya…ha….ha…
![]() | |
Mau berenang? Tinggal pilih...di swimming pool atau sea pool :-) |
Rabu
dini hari kami bertolak ke Bangsal, tempat penyeberangan ke The Three Gilis.
Gili Meno, Gili Air, dan Gili Trawangan. Ketiga pulau ini semakin terkenal
setelah Lonely Planet menempatkan mereka dalam daftar Top 10 Region di Best in
Travel 2011. Ketiga pulau kembar yang berada di selat Lombok itu bisa
disambangi secara day trip.
Penyeberangan dari Bangsal ke Gili Trawangan memakan waktu ± 45 menit. Gili
Trawangan merupakan Gili terjauh dibandingkan kedua Gili lainnya, jika
berangkat dari Bangsal. Sewa kapal per orang ke Gili Air 6000/org, ke gili Meno
8000/org dan ke Gili Trawangan 10000/orang.
![]() |
Bangsal setelah hujan... |
Pukul
07.30 waktu setempat rombongan kami menuju Bangsal dalam rinai hujan yang cukup
deras, deg2an juga sih…bisa nyebrang apa tidak dengan kondisi cuaca yang kurang
bersahabat. Perjalanan menuju Bangsal memakan waktu ±1,5 jam dengan menyusuri
pesisir pantai hitam Senggigi Lombok Barat, tiada kata yang bisa di ucapkan
selain “Subhanallah….indah nian…pemandangan pesisir pantai yang berlekuk2 dari Batu
Bolong hingga ke Malimbu hills, Sebagai pecinta laut…pemandangan yang terhampar
adalah mukjizat terbesar buat mata saya. Indah….
![]() | |
hormaaat grakk! hehehe |
Sesampai
di Bangsal dengan menyewa dua kapal sekaligus, kami menyeberang ke Gili
Trawangan. Alhamdulillah hujan tiba2 berhenti dan udara berubah sangat cerah,
berbeda dengan sebelumnya…Laut yang tenang membuat perjalanan semakin
menyenangkan, meski tidak mabuk laut, namun karena tidak bisa berenang setiap
kali nyeberang cukup deg-deg an juga he…he…
ayooo meluncur ke gili |
Begitu
sampai di Gili Trawangan, bener..maha besar sang pencipta, pantainya bersih
hijau turquoise , dengan hamparan pasir putih dengan karang2nya...dengan gunung
hijau yang menjadi latarnya. Fabiaayyi
alaai robbi kumaa tukassiban…
mendarat eh berlabuh di gili |
Beruntungnya
saya, hari kebetulan ada pesta rakyat, yaitu mandik safar…upacara adat yang Cuma
sekali setahun. Masyarakat setempat yang ternyata adalah leluhur saya (orang
bugis) sudah sibuk menyiapkan sesajen…anak2nya tampak gembira. Dan turis2 Eropa
dan local mulai berkerumunan menanti prosesi upacara sambil menunggu stake
holder yang datang dari kabupaten.
pantainya..beningggg banget |
![]() |
Pasirnya...wuihh lembut dan putih bersih |
our team |
Kembali
ke cerita tentang orang Bugis, saya sempat ngobrol dengan penduduk local,
mereka mengatakan bahwa orang Bugislah yang pertama membuka perkampungan di
sana. Bukti bahwa orang Bugis adalah passompe
sudah saya dapatkan dari mana, dulu…sempat ke Banten dan menemukan masyarakat
pesisirnya adalah kaum Bugis, jadilah kami bernostalgia, dengan menggunakan
bahasa ibu kami. Upacara mandi safar adalah kebudayaan yang di bawa suku Bugis,
para tetua adat memakai songkok pamiring
yang sering dipakai pada acara2 adat di kampong kami. Ah…menemukan kaum di
sini, membuat hati ini berdesir bangga. Ah bahagianya jadi orang bugis.
![]() |
Momen mandi safar |
![]() | |
bule cantik dan geulius yang ditengah bukan bule loh..hehehe |
Ke
Gili tanpa diving dan snorkeling ibaratnya makan sayur tanpa
garam, tapi apa daya waktu tak mencukupi. Kami hanya punya waktu menikmati
pulau 2 jam, karena kami mesti mengejar penerbangan kembali ke Jakarta pukul 2
siang, sementara waktu tempuh dari Bangsal ke Bandara lumayan jauh belum lagi
waktu nyeberangnya. Kami hanya sempat menikmati persiapan acara adat, tidak
mungkin bisa menunggu acara itu berlangsung, melihat tempat penangkaran penyu,
dan bermain2 di pantai sambil mengambil gambar dari setiap sudut yang memang
cantik. Tidak sempat naik cidomo (andong), ataupun rental sepeda keliling
pulau. Bukan hanya di Gili Trawangan. Di kota Mataramnya pun banyak Cidomo,
jujur baru melihat kota tanpa becak. Hanya di sini…
![]() |
Welcome gili |
![]() |
Lucu banget tukik ini |
![]() |
Turtle Conservation |
Hanya
sebentar kami di Gili, pulang langsung ke Bandara dengan jalur darat yang
berbeda, lewat pengunungan, jalan yang berkelok2 dan monyet!!! Iya monyet
berkeliaran…. Di jalan..Ha..ha…di Pusuk inilah, kita dapat melihat monyet berjejer dipinggir jalan
sambil menanti lemparan makanan dari kendaraan yang lewat. Serasa mengunjungi
taman safari khusus monyet.
![]() |
Pisangnya mana....lemparin dong |
![]() |
Boleh bawa pulang gak buat di jadiin topeng monyet |
Hanya
sebentar, dan keinginan kembali sebagai wisatawan sangat besar, belum
puas…belum puas….dan kata orang memang tak pernah puas mengeksplor pulau
penghasil mutiara ini. Selalu saja ingin
kembali ke sana, jika anda pencinta laut…kesanalah….
Dengan
pesawat GIA 433, kami meninggalkan Mataram tepat kul 14.00 waktu setempat. dengan
rekaman indah tentang Lombok…Next time I will be back…I wish.
![]() | |
Gubbay Lombok I will back, tapi bukan mendarat di sini lagi. |
Berharap bisa menang writing competition ini, dan kembali plesiran ke lombok yang murni traveling bukan kerja atau semacamnya. Pengen ke sana lagi semenjak bandara baru selesai di bangun belum pernah ke lombok lagi (2011...oh bukannya sudah begitu lama). Mudah-mudahan kelak bisa membawa keluarga kecilku ke sini. Mereka harus tahu, ada syurga tersembunyi di pulau Lombok. Salah satu tempat yang harus anda kunjungi sebelum anda mati adalah Lombok. Percayalah...
Comments
Post a Comment