Hari Rabu tanggal 8 Oktober 2014
Diantar muka masam ke bandara (maaf yah ayah..lagi-lagi si emak jalan lagi). Via pesawat air asia..Low Cost Carrier pukul 7.00 QZ 251 kami bertolak ke Bangkok, tepatnya di Bandara Dong Mueng . Bandara Dong Mueng ini sebenarnya khusus untuk penerbangan domestic, namun sejak tahun Oktober 2012, Air Asia mendarat di bandara ini. AirAsia memindahkan semua penerbangannya kembali ke bandara ini dikarenakan rencana penambahan armada pesawat dan kemacetan lalulintas udara yang dialami di bandara Suvarnabhumi, terutama pada jam-jam sibuk. Jadi jika terbang menggunakan maskapai ini dari kota-kota di Indonesia maupun melalui Kuala Lumpur, kita akan mendarat di Terminal 1 Dong Mueng.
 |
Mejeng sebelum naek pesawat |
 |
Tuk-tuk...'bajaj' Bangkok. Coba deh sensasinya naik tuktuk |
Singkat cerita begitu mendarat, dan urusan imigrasi dan bagasi selesai. Kami celingak celinguk mencari gate 8 yang menurut buku primbon Bangkok, di sanalah official taxi yang siap mengantar dengan tariff 200 baht untuk daerah Siam - tujuan kami - di tambah 50 baht buat fee ke drivernya. Seketika mata kami menangkap dua orang yang juga sama bingungnya dengan kami, dua cewek cantik. Si bungsu yang belakangan memperkenalkan namanya sebagai Dea menyapa. “Mbak berdua juga?” sapanya ramah. Saya lalu mengiyakan, dan mereka menawarkan diri untuk sekedar numpang tujuan. Ternyata mereka berdua lebih ‘gila’ dari kami (aku dan adekku si Eka). Mereka berangkat tanpa tujuan atau belum reservasi hotel dll, wah..jauh lebih berani yah. Akhirnya kami berempat menemukan taxi dan berempat menuju Hotel Bangkok City Inn. Mr Bunchon adalah supir taxi yang sangat ramah namun dengan bahasa Inggris yang sangat sulit di mengerti. Untungnya ketika di Bandara kami sudah membeli sim card (Happy card) untuk paket data selama 7 hari (299 baht), sehingga kami bisa surfing dan menggunakan google translate untuk mentranslate bahasa kami ke dalam bahasa tagalog.
 |
Kika: Eka, Dea, Me, Anggi
|
Dengan memperdengarkan voice translate si Mr. Bunchon kerap tergelak menertawai dialek mesin yang menurut kami sudah sangat sempurna. Heheh. Mr. Bunchon sempat mengantarkan kami ke hotel Hotel Bangkok City padahal Hotel kami adalah Hotel Bangkok City Inn memang yang membedakan hanya kata Inn-nya saja. Tapi karena Bapak ini baik banget, setidaknya melumerkan ketegangan kami, beliau orang Bangkok pertama yang bersikap sangat ramah kepada kami. Kami lalu memberinya 300 baht.
Setelah Check in…yang diwarnai dengan warning dengan petugas
hotel “Room just for 2 person, if more you must pay 550 baht per person, kata
mbak-mbak yang memelototi teman kami yang datang bersama kami, kami berusaha
meyakinkan dia bahwa teman kami sekedar numpang, hanya nitip tas untuk
selanjutnya melanjutkan perjalanan. “ Okey, but you must know we have cctv to
see you and your friends.” Yealah, galak amir...
 |
Me and my sisters |
Karena mereka berdua commit untuk
traveling ala bekpeker yang sudah mempertimbangkan budget seminim mungkin dan
karena rate hotel yang lumayan mahal permalamnya 1600 baht, sementara karena kami reservasi jauh-jauh hari via online..kami bisa mendapatkan harga yang
jauh lebih murah only 600 baht. Semoga bisa menjadi catatan bagi mereka berdua. For
the next trip, reservasi penginapan via online hukumnya wajib dilakukan. Selain
lebih murah tentu saja ketika kita landing di Negara orang, kita sudah tahu
akan menuju kemana, dimana starting point kita sebelum memulai menjelajah. Satu
lagi perlu banget untuk tahu do’s dan don’t’s di Negara tujuan jangan sampai
kita melakukan kesalahan yang mungkin sederhana namun karena ketidaktahuan kita
akan berujung pada permasalahan.
Setelah bertemu dengan kakak yang
mengikuti symposium di Bangkok, yang sudah hadir 3 hari sebelumnya, kami
akhirnya ikut rombongan mereka tujuannya ke The Grand Palace. Teman-teman
baruku juga akhirnya mengikuti kami, mumpung mobil minivan punya kedutaan RI
ini masih lega memuat kami berempat. What a lucky us.
 |
Tiket masuk |
Ditengah mendung berat dan
sesekali gerimis, kami menuju ke The Grand Palace . Pak supir namanya pak Songsong,
asli Thailand namun bisa memahami dan bercakap bahasa Indonesia meski
sedikit. Hari sudah sore ketika kami
sampai di The Grand Palace. Tiket masuk seharga 400baht. Usai membeli tiket
tiba-tiba bagai air bah..hujan langsung mengguyur kota Bangkok. Untung sekali
hujannya tidak lama, dan kami bisa langsung memasuki area The Grand Palace yang
luas banget. Mengagumi keindahan arsitektur bangunan dan kemegahan pagoda
berselimut warna gold yang mewah.
 |
Lagi renovasi:-( |
 |
Add caption |
 |
Pagoda, basah selepas gerimis |
Comments
Post a Comment