- Seoul Cultural Center
- Gyeongbokgung Palace
- The National Folk Museum
- Cheong Wa Dae
- Myeondong Shopping Center
Jangan lewatkan cerita seru lainnya:
Setelah semalam ditutup dengan shopping till drop di Myeondong Shopping Center, yang di itinerary memang selalu dimasukkan sebagai kegiatan pamungkas, mengingat kami menginap di kawasan Myeondong, sepertinya kudu wajib memasukkan window shopping gak mungkin, pasti tergoda di Myeondong Shopping Center. Para ahjumma ini kalap belanjanya, padahal ngakunya gak paham produk skin care dan kosmetik. Kenyataannya semua borong masker hahah. Mumpung murah. Hahaha dasar, emang gak bisa tenang liat sale! Beli 10 + 10, itu masker Etude harganya 10.000won. Ada lagi yang lebih murah masker Sea N trea harganya cuman 6.500 won dapat 10+10 juga. Lagian iri banget sama wajah perempuan-perempuan Korea yang bersih terawat asumsi bukan hasil oplas. Kudu melek perawatan kulit mulai sekarang. Hehehe
Lupakan belanja semalam, kita fokus jalan-jalan hari ini.
Hari ini rencananya ke Gyeongbokgung Palace, The National Folk Museum, Cheong Wa Dae (blue house a.k.a presidental house), tapi sebelumnya pengen nyoba pake hanbook gratisan (dengar kata gratisan....senang banget ). Alhamdulillah cuaca mendukung.. Terang tanpa mendung, dingin sih masih. Cukup dengan jaket atau sweater sudah bisa menghangatkan. Padahal semalam saya harus mengeluarkan ear muff dan kaos tangan segala untuk menghalau dingin di Namsan Tower.
 |
Serasa jadi gadis Korea beneran |
Jam 10 kami bergerak menuju Seoul Global Culture Center yang terletak di M-Plaza. Karena jam bukanya memang jam 10 pagi, mau nyobain pake hanbok tapi ogah makenya di palace, sepertinya rempong banget, ngangkat-ngangkat rok. Mending foto manis di studio saja, apalagi gratis. Lucky us karena memilih nginap di Myeondong dekat dengan Seoul Global Culture Center, dan Myeondong Tourist Information yang menyiapkan hanbok gratisan. Keduanya berdekatan. Khusus hanbok gratisan saya tuliskan terpisah disini.
Selanjutnya kami menuju palace dengan menumpang taxi karena jatuhnya lebih murah kalau berempat, kami cukup membayar 4000 won, sementara kalau naik subway kami harus bayar 5000 won karena setiap orangnya dicharge 1250won, dan tidak perlu naik turun subway kan. Alhasil, sampailah kami di kawasan palace, yang oleh supir taxi ternyata kami diturunkan di National Folk Museum terlebih dahulu, karena gak bisa belok kiri, harus belok kanan yang jatuhnya ketemu National Folk Museum itu dulu. Gak papa masih nyambung juga, jadilah seharian kami muter-muter di dalam yang lumayan bikin pegel saking luasnya, masih dalam lingkungan ada Gyeongbokgung Palace lalu keluar sedikit ada Cheong Wa Dae, yang dapat ditemukan lewat jalan belakang, ada beberapa petugas yang menjaga di gate cukup menyebutkan maksudnya. Mereka dengan ramah akan menunjukkan arah ke blue house tersebut cukup melihat dari kejauhan kediaman presiden Korea tersebut. Sempat ngobrol sama polisi wanita di situ, ngobrolin apa coba. Drakor hahahah. Dia nanya apa drakor favoritmu, saya sebutkan Descendant Of The Sun dan yang terbaru Goblin, dan dia sempat mengernyitkan kening tak paham, saya coba sebutkan pemainnya satu-satu…dia lalu tertawa senang, seoalh-olah mengungkapkan...Oooo ituuu, I get it, dia menyebutkan judul sebenarnya (tentunya dalam bahasa korea). Giliran saya yang bengong. Hahaha mana saya paham, ahjumma…
 |
Kami masuk melalui pintu ini cukup bayar 3000W |
 |
Momen Sakura Jepang, April 2014 terulang di Korea April 2017, selanjutnya...? |
 |
Kami menjadi Alien di antara 'hanbokers' |
 |
Untuk masuk ke dalam, harus reservasi dulu via online |
 |
Membayangkan gadis2 jaman Joeson berlari diantara tiang dengan menggunakan hanbok |
 |
Ada secuil sakura di depan |
 |
Blue house dari jauh, cuma bisa motret dari sini..forbidden ke sana |
Karena cuaca hari itu lumayan sejuk, sehabis mengitari palace hingga ke blue house, kami memilih istirahat di bawah pohon maple dan pine. Mengeluarkan pembekalan, ngemil makanan tradisional vs snack Korea yang kami ambil di jatah breakfast tadi pagi, di kasi pilihan cemilan korea atau wajik (tradisional). Masih pilih wajik…biasa perutnya, perut kampung. Wajik masih yang terbaik apalagi buatan omma, meski kalah di kemasan hahaha.
 |
Pilih made in kampung or korea? #snack time |
 |
Rehat disini, udara sejuk mebuat mager |
Setelah cukup waktu rehat, yang sebenarnya enggan banget di tinggalkan, kami bergerak menuju gerbang utama, mau menyaksikan upacara penggantian penjaga. Dijadwal sih bilangnya pukul 13.00 ternyata setelah nanya petugasnya upacaranyan nanti pukul 14.00 siang. Nunggu sejam lagi berarti. Kami nyari tempat berteduh sambil menyaksikan hanbokers yang lalu lalang, serasa aneh aja ngeliat bule-bule yang memakai hanbok apalagi kalau hanboknya kekecilan. Dalam hati ngebatin, untung gak pakai hanbok disini, udah terik, keliatan rempong banget, sepertinya kalau saya, saya lebih memilih memakai hanbok di studio selain gratisan, saya suka modelnya yang klasik, yang beredar di Gyeongbokgung Palace adalah yang sudah di modifikasi dengan bling-bling dan bawahan yang diberi kawat agar memudahkan berjalan. Berada lama-lama di sana serasa, dilempar ke jaman Dinasti Joesoen.
 |
Hanbok kekinian dengan bling-bling. Gadis-gadis bermata sipit...
 |
Selfie di antara persiapan pergantian penjaga |
|
Sudah jam 3 dan kami mulai lapar, harus pulang mengisi energi. Begitu keluar dari gerbang, jalan sudah dipenuhi oleh orang-orang yang orasi. Entah apa yang mereka suarakan, entah terkait pemilihan walikota entah karena ketegangan di semenanjung korea. Yang jelas, masyarakat seoul tumpah ruah di jalan. Tadinya mau naik taxi pulang tapi gak mungkin, akhirnya naik subway juga, harusnya naik shuttle bus cuma kami gak tahu di mana lokasi nya, secara jalanan penuh manusia, pengennya pulang cepat aja. Takut rusuh.
 |
Ada demo, dibagiin tulisan ini sama bendera korea. gak paham maksudnya apa. Cukup jadi partisipan saja
 |
Korean flag |
|
Sebelumnya kami sempat mampir di Cheonggyecheon Stream, sungai kecil yang mengaliri kota Seoul konon dulunya merupakan lambang dari kemiskinan yang di alami masyarakat Seoul. Di sepanjang aliran sungai ini terdapat 22 jembatan yang melintasi aliran sungai Cheonggye. Panjang Sungai Cheonggyecheon hanya sekitar sekitar 8.4 km, tidak terlalu panjang karena hanya merupakan anak sungai, mengalir dari barat ketimur melalui pusat kota Seoul. Sembari mengagumi penataan sungainya yang rapi dan bersih turut membayangkan kapan kota Jakartaku bisa seapik ini penataan sungainya?
 |
Cheonggyecheon Stream yang tertata rapi |
 |
Cheonggyecheon Stream with mom
|
Ah tenyata, saya tepar malam itu, gak ada shopping till drop. Sakit kepala mendera, padahal sudah minum pain killer. Saya hanya butuh istirahat dan tidur secukupnya. Besok mau ke Nami Island…butuh seterong.
Comments
Post a Comment