Turki : Kota Tua Bursa Yang Kaya Akan Sejarah
28 January 2018
Seperti yang saya ceritakan sebelumnya jika perjalanan umroh kali ini akan lanjut sampai ke Turki. Gak tergambarkan betapa excited-nya. Terlebih perjalanan ini akan menjadi perjalanan pertama ke negara yang 3% nya berada di daratan Eropa itu.Jam 3
dini hari waktu Mekkah, kami check out dari hotel Rayyana, Makkah menuju bandara untuk
bertolak ke Istanbul dengan pesawat yang masih sama, Saudia Arabia. Suhu lumayan
dingin waktu itu, yah sekitar 6 derajat. Peralatan tempur musim dinginnya sudah
disiapkan, bahkan sudah dikenakan untuk mengurangi isi koper yang entah kenapa selalu saja bertambah. Infonya suhu di Istanbul sudah di bawah minus derajat. Gigi gemerutuk membayangkan.
Cuaca sejuk di Mekkah saja sudah membuatku tidak betah berada di luar apalagi di
Mt. Uludag nanti. Ah tapi kan memang tujuan utamanya pengen guling-guling di salju.
Memang se-udik itu aku, kalau lihat salju.
Handling bagasi sudah, tinggal menunggu boarding yang rasanya lamaa sekali, terkantuk-kantuk kami mencari café yang bisa buat ngopi di tengah cuaca dingin dini hari tersebut.Untungnya ada yang buka dengan menu terbatas. Alhamdulillah, kami bisa menyeruput kopi meski aslinya saya kurang suka ngopi, tapi tubuh lagi nyari yang hangat-hangat kala itu. Sebenarnya jadwal pesawat masih lama, jam 8 pagi. Cuma karena kami rombongan harus lebih cepat bergerak, butuh waktu berjam-jam untuk bisa merampungkan proses check in, bagasi dan lain-lain.
Setelah menempuh 3 jam 50 menit perjalanan, finally mendaratlah kami di Bandara International Attaturk di Yesilkoy yang berjarak 15 mil sebelah Barat pusat kota Istanbul. Bener saja, setelah handling bagasi masing-masing (penggunaan trolley disini berbayar untuk bisa melepaskan rantai kuncinya, satu trolley 1 lira, murah memang tapi bagaimana kalau tidak memiliki koin 1 lira itu? Untungnya sudah kami siapkan). Kami hanya butuh 1 trolley untuk barang bawaan kami. Begitu keluar dr bandara. Hawa dingin menyergap, tapi saking excitednya. Terlupakan. Gak percaya rasanya…bisa mendarat di Turki. Salah satu impian negara yang ingin sekali dikunjungi. Negara yang lekat dengan sejarah peradaban Islam.
Sebaiknya sebelum menjelajahi Turki sebaiknya membekali diri
dulu dengan pengetahuan tentang Turki. Etapi kalau dibilang menjelajahi, kurang tepat sebenarnya karena kami cuma 3 hari disini. Kami hanya punya waktu ke Bursa dan
Istanbulnya sendiri, belum dijadwalkn ke Pamukalee, Cappadocia, Ephesus dan
banyak lagi. Itu artinya, PR masih banyak dan wajib kembali ke sana. Semoga berkesempatan mengulangi kunjungan di waktu lain.
Laut Marmara merupakan batas wilayah Eropa dan Asia ini adalah bagian dari wilayah Turki |
BURSA
Rasanya? So so lah |
Untuk menuju ke Bursa kami menyeberang Laut Marmara. Laut yang membelah benua Asia dan benua Eropa. Bursa terletak di Turki bagian barat yang berada di Benua Asia. Sementara kita mendarat di Istanbul yang berada di Benua Eropa. Itulah uniknya Turki. Satu negara tapi berada di dua benua. Eropa dan Asia. Jarak anatar bandara Istanbul dan Bursa kurang lebih 196 km, ditempuh dengan perjalanan kurang lenih 3 jam.
Laut Marmara. Laut yang membelah benua Asia dan benua Eropa |
Sepanjang perjalanan kami melihat
hamparan perkebunan Zaitun, yah Turki terkenal dengan Zaitunnya. Kebiasaan
orang Turki adalah sarapan telur rebus dengan Zaitun oil. Mendekati kota
Bursa penampakan semakin hijau royo-royo, pantas
jika Bursa disebut juga Green Palace atau kota hijau karena memiliki
banyak taman dan kebun zaitun yang cukup luas.
Karena dingin, permintaan mampir ke rest area selalu menggema |
Bursa adalah kota tua di Turki yang memiliki peranan teramat penting bagi sejarah Turki, sekaligus juga merupakan kota terbesar ke-4 setelah Istanbul, Ankara, dan Izmir.
Menjelang sore waktu setempat, seungguhnya waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, namun masih terang benderang, kami mampir ke tujuan wisata terkenal di Bursa, mana lagi kalau Yesil Camii atau Masjid Hijau (green Mosque)
YESIL CAMIL
Kami mampir menunaikan sholat magrib. Kami mengambil air wudhu dari tempat Wudhu yang terbuat dari kayu yang melingkar seperti gazebo. Kami saling menguatkan untuk bisa berwudhu dari air sedingin es. Seperti tak sanggup menyentuhnya, belum lagi semilir angin makin membuat tubuh kian menggigil. Setelah menunaikan sholat dengan bahasa isyarat kami disapa oleh perempuan Afghanistan yang duduk dekat jendela dan mushab ditangannya yang menyapa kami dengan ramah. Airmatanya terus mengalir menceritakan kesulitan hidup di negaranya. Awalnya kami berpikir dia wanita tunawisma yang mungkin mau minta-minta. Hikks begitu jahatnya pikiran kami, dia malah mendoakan kami, dan memberikan kami snack kecil, sungguh pada saat itu saya merasa sangat berdosa.
Arsitektur mesjid berwarna putih tersebut cukup unik, kubah besar dan tertutup marmer bergradasi. Mihrab Masjid Yesil dibuat cukup tinggi. Keramik area khusus untuk Muazin juga untuk Sultan dibedakan. Untuk Sultan keramik buatan tangan seniman pada jaman itu bermotif bunga. Ornamen keramik yang di dominasi warna hijau dengan ribuan keping kramik buatan tangan dari para seniman pada masa itu menjadi pembeda masjid ini dengan masjid masjid tua era Usmaniyah lainnya.
Di komplek Masjid Hijau (Yesil Camii)
terdapat komplek Makam Sultan Sultan Çelebi Mehmet dan keluarganya di dalam
sebuah Maosoleum yang lokasinya berada di seberang jalan dari Masjid Yesil. Hanya
saja saya tidak ikut rombongan melihat makam tersebut, hari sudah gelap dan
rasa-rasanya bukan waktu yang tepat mengunjungi makam😨.
Selanjutnya, acara window shopping di silk Bazar, karena kelelahan dan melihat harga-harga yang sepertinya kurang bersahabat dengan kantong, saya memilih untuk menunggu teman-teman yang berkeliaran antara store-store, yang menjual aneka cenderamata, silk turki yang terkenal sampai lampu hias gantungnya. Ah yang paling aku rindukan hanya ingin melepaskan penat di atas Kasur. Lelah sangat hari ini.
Kami menginap di hotel Holiday Inn di Bursa. Begitu sampai, mereka menyajikan makan malam, yang menurutku merupakan makan
malam teraneh yang pernah ada. Salad dengan dressing salad dengan rasa super
unik, aku hanya nyomot buah-buahannya, membawa ke kamar kami yang ternyataaaa di upgrade ke executive room. So lucky us…Honeymoon terindah
yah dear.💖
Add caption |
Comments
Post a Comment