The Everlasting 'Kue Tradisional' is Still Everyone's Love

    


        Di antara serbuan kue-kue kekinian, kue tradisional tetap menempati tempat di hati terlebih di lidah dan juga kenangan. Mungkin generasi sekarang hanya sedikit yang tertarik, mereka cenderung memilih kue-kue kekinian karena biasanya unsur estetikanya lebih menarik, sangat layak posting atau instagramable kalau istilah zaman anak sekarang. 

        Padahal kue-kue tradisional tak kalah enaknya, lebih enak malah menurut lidah 'ndeso'ku. Daripada blackforest saya lebih memilh klepon, atau kalau ditawari red velvet dan kue cucur saya lebih memilih kue cucur. Sebagai generasi yang dibesarkan dengan kue tradisional, selain cita rasa yang nggak diragukan lagi. Kue tradisional memiliki filosofi dan juga kenangan yang tak tergantikan.

        Sebagai orang Bugis, tentu saja kudapan tradisional Bugis-lah yang mengisi kenangan lidah terhadap kue-kue tradisional. Kalau disuruh memilih rasanya tidak ada yang paling isttimewa, karena semuanya enak. Apalagi orang bugis, terkenal royal penggunaan bahan. Cucuru Bayou' contoh kue  yang mirip kue talam yang penggunaan kuning telurnya banyak, bisa sampai puluhan, nggak sebanding dengan hasil kuenya yang seuprit.

Instagram.com/mumtazmakassar
Kue Cucuru Bayou

            Namun, menurutku semakin sederhana pengolahannya sebenarnya semakin enak menurutku (beda tipis banget  ini antara malas ngolahnya). Contohnya; Pisang Goreng. 

           Kalau pisang goreng bisa tergolong kudapan tradisonal, maka pisang gorenglah yang menempati kasta tertinggi di lidahku. Saya bisa menolak kue yang lain, tapi kalau pisang goreng rasanya sulit. Pisang goreng kepok yang terbuat dari pisang kepok yang belum terlalu matang, digoreng dan disajikan dengan sambal. Kadang sambal roa (kebiasaan orang manado) atau sambal terasi. Apa saja. Penyajian pisang goreng dengan sambal ini bagi sebagian orang mungkin aneh. Tapi bagi kami terutama saya, itu nikmatnya tiada tara.

Foto: Shutterstock
Pisang Goreng

             Kue-kue berbahan pisang ternyata yang melintas begitu mengingat tentang kudapan tradisional, sehingga saya memutuskan bahwa syarat enak kue tradisional yang bahan pisangnya. Selain digoreng, bisa dibakar dan menjadi pisang epek. Bagi yang pernah ke Makassar sepanjang pantai Losari diisi oleh penjual pisang epe'. Masih dari pisang kepok yang belum terlalu matang, dibakar lalu di-press dan disajikan saus gulmer yang kadang diberika flavour rasa duren, nangka, cokelat atau keju.Untuk taburan, sering ditambahkan keju, meises, ataupun kelapa sangrai di atasnya. Kalau saya lebih suka yang original. Entahlah lebik eksotik aja rasanya.


             Adalagi barongko, kalau pisangnya udah matang banget maka saatnya dibuat barongko. Pisang yang diblender halus dengan santan, diberi gula, dan dibungkus daun pisang lalu dikukus. Rasanya enak sekali apalagi kalau disajikan dingin. Kue Barongko termasuk kue andalan di perhelatan-perhelatan besar seperti pernikahan. Kue ini selalu dicari.

foto:resepkoki

            Pisang kepok matang selain dibuat barongko, bisa hanya dihaluskan ditambahkan tepung dan gula secukupnya, dengan tekstur yang masih kental, lalu di masak di teflon dengan minyak/margarin sedikit (seperti membuat telur dadar). Dijamin wanginya akan kemana-mana. Enak banget. Kami menyebutnya jepa, ada yang bilang kambeng kuttu. (Kuttu= malas, karena kuenya nggak membutuhkan effort yang besar untuk membuatnya), dimasak pun tidak perlu ditunggui. Simple as usual kue tradisional dibuat.

            Ada juga roti bere’ dari tepung beras, dan pisang matang yang dilumatkan dan dimix lalu difermentasi. Bikin deh serabi bugis. Makannya pakai semacam  saus kinca tapi lebih kental, kami menyebutnya palopo'. Lagi-lagi kalau saya lebih senang tanpa kinca tapi adonannya udah dikasi pemanis.

            Selain kue berbahan dasar pisang, aku paling suka kue tradisional yang dibuat dengan gula merah (aren) khas bugis, yang manisnya mantap dan warnanya juga bagus. Setiap mudik, salah satu bahan yang wajib di bawa adalah gulmer ini.


            Aku suka kue apem (Namanya apang pella kalau di sana), apem dengan gulmer, disajikan panas-panas dengan kelapa parut. Enak banget. Selain kue apem ada cucur, meski berminyak. Kue cucur termasuk kue favorit. Saya suka banget kue cucur. Alhamdulillah udah bisa bikinnya. Selain cucur ada kue bannang-bannang atau nennu-nennu entah daerah lain menyebutnya apa. Enak pokokenya. Modelnya seperti benang kusut. 


pic : ig/citrahendrawijaya

        Hm... Apalagi yah terlalu banyak sebenarnya. Makin kesini jadi makin pengen menyantapnya, sayangnya karena dirantau jadi sulit menemukan kalau nggak buat sendiri.

             Kue tradisional tak kalah enaknya dari kue-kue kekinian. Kue tradisional punya cita rasa yang menarik, karena bahan yang digunakan benar-benar tradisional tanpa pengawet makanan sehingga pastinya dijamin  aman untuk dikonsumsi dan lebih sehat karena proses pembuatan dan penyajiannya yang alami membuat semuanya terasa natural dan bikin nostalgia.

            Satu lagi, kue-kue tradisional cita rasanya tidak pernah berubah tetap terjaga cita rasanya karena masih  menggunakan resep yang sama dari dulu hingga sekarang. 

           Karena kue-kue tradisional sangat erat hubungannya dengan kebudayaan yang menjadi hidangan khusus yang menjadi ciri khas tersendiri di setiap daerah di Indonesia, kue tradisional memilik filosofinya masing-masing. Kalau bukan kita yang menjaga warisan budaya yang enak ini siapa lagi. Yuk, lestarikan kue-kue tradisional minimal dengan mengkonsumsinya, kalau perlu belajar cara membuatnya (lumayan sederhana kok tak perlu alat baking yang mahal). Agar resep warisan nenek moyang tetap terjaga kelestariannya hingga nanti.

Comments

Popular Posts